Vaartha Edisi 15

VAARTHA 15 “ANAK”

Edisi VAARTHA kali ini akan mengangkat review film mengenai dua kisah anak dengan dua dimensi berbeda, yakni dimensi khayalan dan dimensi nyata. Keduanya akan dibawakan khusus oleh dua orang kakak peserta Kelas Humaniora yang sedang memaknai fenomena kehidupan lewat dunia seorang anak.

Berikut secuplik torehan pena dari salah seorang kakak:
“Perubahan adalah hakikat segala sesuatu. Oleh karenanya, jangan melekatkan dirimu terhadap apapun.” – Kak Krisna

Di samping itu, akan ada dua review film inspiratif lainnya yang mampu menciptakan perpaduan antara rasa, hiburan, dan makna ke dalam hidupmu.

 

[pdf-embedder url=”https://wilwatikta.or.id/wp-content/uploads/2020/09/vaartha15.pdf”]

 

Klik disini jika halaman tampilan tidak muncul.

Vaartha Edisi 14

VAARTHA Vol. 14

Masih hangat di benak kita, pada 6 Juli lalu, masyarakat dunia secara serentak merayakan ulang tahun Y.M Dalai Lama ke-14.Berbagai cara dilakukan untuk menyambut hari spesial tersebut, salah satunya dengan membedah film dokumenter yang berjudul “The Great 14th: Tenzin Gyatso, The 14th Dalai Lama In His Own Words” dalam Kelas Humaniora.

Karenanya, VAARTHA juga tidak mau ketinggalan. Dalam edisi kali ini, VAARTHA berhasil merangkul salah seorang peserta kelas untuk membagikan kesannya setelah menonton film tersebut lewat sebuah review film.

Bagi yang belum mengenal sosok Y.M Dalai Lama ke-14, lewat review ini VAARTHA harap bisa memberikan insight tersendiri buat kalian.

Selain itu, ada bonus yang spesial yaitu…
cek aja yuk langsung!!

 

[pdf-embedder url=”https://wilwatikta.or.id/wp-content/uploads/2020/07/vaartha14.pdf”]

 

Klik disini jika halaman tampilan tidak muncul.

Vaartha Edisi 11

Pernahkah kalian mendengar istilah “semua keyakinan itu sama” sebelumnya? Apa yang kalian rasakan? Sebuah pembenaran, penolakan atau abu-abu?

Hari ini, VAARTHA khusus #OKTOPEDIA akan membawakan dua sajian hangat terkait TOLERANSI. Bersumber dari buah pikiran yang berbeda, kita akan melihat dua sisi toleransi yaitu terhadap orang lain dan kepada dirimu sendiri. Lebih lanjut, mari kita simak bersama bacaan kali ini dan coba renungkan maknanya kembali.

Temukan sumber inspirasimu?

 

[pdf-embedder url=”https://wilwatikta.or.id/wp-content/uploads/2019/10/vaartha11.pdf”]

 

Klik disini jika halaman tampilan tidak muncul.

Vaartha Edisi 12

Nalanda Study Center telah cukup lama mewajibkan Kelas Humaniora untuk para anggota komunitas, tak terkecuali bagi para alumni Youth Super League. Pada edisi terbaru kali ini, VAARTHA akan menghadirkan kesan salah seorang alumni yang telah mengikuti kelas Humaniora sejak ia menginjak Bandung. Kesan awalnya adalah paksaan yang cukup menjengkelkan namun lama-kelamaan telah berubah menjadi pengalaman yang menginspirasi hari-harinya.

“Menonton adalah hal yang sederhana. Namun saat kita belajar untuk menikmatinya dan berbagi lewat dialog bersama, menonton bukan lagi jadi aktivitas lumrah. Ia adalah sarana healing dan bonding berharga buatku.” – Anabelia Winatian

Tak lupa, akan ada bacaan untuk refleksi diri dari film komedi Darjeeling Limited.

 

[pdf-embedder url=”https://wilwatikta.or.id/wp-content/uploads/2020/02/vaartha12.pdf”]

 

Klik disini jika halaman tampilan tidak muncul.

Vaartha Edisi 10

VAARTHA edisi kali ini hadir dengan wajah baru. Kini, para Vaanthers bisa menikmati isu-isu sosial yang dirangkum secara ringan oleh kedua sahabat Humaniora kita, Kezya dan Meyuni.

Bagaimana kita bisa melihat sebuah film dengan perspektif yang berbeda? Bukan hanya sekedar tontonan, mari kita temukan makna menarik di balik sebuah film, tentu saja hanya di VAARTHA.

 

[pdf-embedder url=”https://wilwatikta.or.id/wp-content/uploads/2019/10/VAARTHA10.pdf”]

 

Klik disini jika halaman tampilan tidak muncul.

Vaartha Edisi 9

Ada nuansa kepemudaan yang cukup kental dalam edisi Vaartha kali ini. Sebuah nuansa yang sangat baik, tentunya! Karena boleh dibilang bahwa Vaartha eksis dalam usaha untuk memunculkan dan memelihara corak paling khas dari seorang anak muda: pencarian makna hidup dan pertanyaan tak kunjung habis atas hal-ihwal di dunia. Seorang yang masih muda bisa saja tidak punya semangat anak muda kalau dia lembam dan nyaman dengan situasinya saat ini, sementara di sisi lain, seorang yang sudah tua secara usia boleh jadi akan terus muda dalam jiwa asalkan dia selalu menjaga keresahan khas anak muda. Dengan kata lain, anak muda atau menjadi muda adalah soal pikiran, bukan fisik. Kita bisa melihat semangat anak muda ini dalam ketiga tulisan Polemik kali ini.

Tanpa perlu berpanjang kata lagi, pembaca kini diajak untuk beralih ke halama berikutnya. Semoga jiwa dan semangat anak muda senantiasa membara dalam diri kita semua!

 

[pdf-embedder url=”https://wilwatikta.or.id/wp-content/uploads/2019/08/VAARTHA09.pdf”]

 

Klik disini jika halaman tampilan tidak muncul.

Vaartha Edisi 8

VAARTHA 08 – Book Lovers Day

Merayakan Book Lovers Day adalah sama saja dengan merayakan alasan keberadaan Vaartha sampai sejauh ini. Tidak ada pengetahuan dan kearifan tanpa buku. Dan acap kali kita mendengar ungkapan bahwa buku adalah jendela dunia. Namun, seberapa relevankah membaca buku pada era digital saat ini? Rubrik T&J berusaha menjawab isu ini dengan mewawancarai direktur penerbit YPPLN, Saudari Silvia Fukada, karena tentunya tidak ada yang lebih kompeten untuk membahas serba-serbi perbukuan ketimbang direktur sebuah penerbit buku.

Soal ungkapan buku sebagai jendela dunia dikupas lebih lanjut oleh Saudara Syariv dalam rubrik Polemik, di mana dia mempertanyakan logika dari upaya mencerdaskan anak bangsa dengan razia buku oleh ‘oknum’ yang berlangsung secara paralel. Ini tak pelak menajdi tugas berat bagi pemerintah terpilih yang baru, juga sekaligus sebagai ujian bagi komitmen mereka untuk menjaga kebebasan berpendapat di negeri ini.

Sebagai penutup Sapa Pembaca, kiranya tidak ada yang lebih tepat dalam mewakili semangat Book Lovers Day selain semboyan Vaartha itu sendiri: Aku Membaca Maka Aku Ada!

[pdf-embedder url=”https://wilwatikta.or.id/wp-content/uploads/2019/08/VAARTHA08.pdf”]

Klik disini jika halaman tampilan tidak muncul.

Vaartha Edisi 7

Persahabatan boleh jadi merupakan salah satu topik yang paling sering dibahas dalam dunia kontemporer kita sekarang, dan tak diragukan lagi adalah sendi utama dalam hubungan antar manusia. Untuk merayakan hari yang tidak suci namun penting ini, Vaartha mewawancarai Yulita (Yaya), seorang calon psikolog, perihal makna persahabatan dari perspektif disiplin ilmu psikologi. Tak lupa, Vaartha menyertakan pula tulisan-tulisan dalam polemik yang kiranya dapat mengukuhkan esensi dari persahabatan.

Sementara itu, buku yang diulas adalah Bartleby karya Herman Melville. Secara pribadi, redaktur ingin mengajak pembaca untuk menekuni tiap kalimat dalam tulisan ini baik-baik, karena boleh jadi inilah resensi buku paling dahsyat yang sampai saat ini diterima oleh Vaartha: sinopsis kisah Bartleby dijabarkan dengan amat apik, sebelum kemudian ditimpali dengan reungan pribadi ihwal persahabatan, yang juga tak kalah apiknya (apalagi mengingat cukup kaburnya relasi antara tema persahabatan dan plot dalam Bartleby!). Hanya satu kata: Bravo.

Akhir kata, selamat membaca bagi para pembaca sekalian, dan semoga kita bisa terus merajut tali persahabatan melalui saling tukar pikiran di Vaartha!

[pdf-embedder url=”https://wilwatikta.or.id/wp-content/uploads/2019/07/VAARTHA07-1.pdf” title=”VAARTHA07 (1)”]

Klik disini jika halaman tampilan tidak muncul.

Vaartha Edisi 6

Hari Keadilan sudah semestinya dirayakan oleh kita semua selaku manusia penghuni bumi ini. Tapi bahkan yang lebih penting lagi, keadilan itu sendiri semestinya kita amalkan dalam tindakan sehari-hari, atau kalau belum bisa, minimal dalam pikiran dan angan-angan kita.

Inilah sebabnya edisi Vaartha kali ini girang bukan kepalang ketika mengetahui Saudara Eman mengirimkan tulisannya tentang keadilan. Isinya bisa dibilang komprehensif. Dari merunut asal-muasal kata keadilan dan adil itu sendiri, penulis bergerak maju untuk menyelidiki apa itu adil dalam beroperasinya sebuah negara, dalam hubungan si negara dengan rakyatnya, dalam hubungan antar negar yang memungkinkan masuknya modal asing yang memicu konsumerisme dan individualisme, dan akhirnya dalam penuntasan kasus-kasus HAM yang sampai saat ini terus menjadi momok bagi presiden terpilih mana pun.

Akhir kata: selamat membaca, dan semoga Vaarta bisa terus menjejali benak khalayak pembaca sekalian dengan tulia-tulisan kritis nan bermutu.

[pdf-embedder url=”https://wilwatikta.or.id/wp-content/uploads/2019/07/VAARTHA06.pdf”]

Klik disini jika halaman tampilan tidak muncul.