Nggak Cuma Medsos, Buku Juga Mau Temenan Sama Kamu, Tuh!
Wilwatikta Foundation baru saja mengadakan mini-talk “Reformasi Diri Lewat Membaca Buku” melalui IG Live pada 30 Mei 2021 lalu. Bersama Shierlen Octavia, penggerak @gerakanseribubuku dan konselor di @counselemon, Wilwatikta mencoba membuka pemahaman para followers terkait pentingnya membangun minat baca dan cara menyeimbangkannya dengan penggunaan media sosial.
Awal ketertarikan Shierlen terhadap membaca buku dimulai saat ia mendapat buku “turunan” dari sang kakak. Begitu juga, kebiasaan ibu Shierlen membacakan buku untuknya memberikan dorongan yang besar bagi dirinya untuk terus membangkitkan minat bacanya tersebut. Bagi Shierlen, membaca bukan hanya sekedar kebiasaan tapi merupakan keterampilan mendasar. Layaknya jembatan yang mengantarkan kita menemukan jalan baru, membaca juga dapat mengantarkan kita bertemu dengan berbagai pengetahuan, wawasan, minat, dan bakat kita.
Menanggapi sebuah pertanyaan dari moderator mengenai sulitnya membangun minat baca, Shierlen merespon dengan mengangkat kondisi privilege yang dimiliki anak muda perkotaan: toko buku dan perpustakaan yang menjamur dimana-mana serta mudahnya mengakses e-book melalui gadget. Kemewahan ini tentu tidak dimiliki semua teman kita, terutamanya yang tinggal di daerah pedesaan. Sangat disayangkan bila kita tidak memanfaatkannya dengan baik.
Meski begitu, menumbuhkan kebiasaan membaca tentu ada tantangannya tersendiri. Kebiasaan ini tidak datang dengan instan sehingga perlu dilatih terus-menerus. Tantangan yang dihadapi Shierlen sendiri adalah tidak sesuainya harapan dengan isi bacaan buku serta mudahnya terdistraksi dengan banyak hal (terutama gadget).
Shierlen membagikan tips membacanya yaitu metode 2-7-1 dimana ia akan membagi waktu 20% untuk membaca cepat dahulu agar memahami garis besar isi buku; 70% untuk membaca secara menyeluruh dan mendalam; dan sisa 10% dari waktu digunakan untuk merenungkan isi bacaan dalam diri. Membaca keseluruhan buku di awal bertujuan untuk menilai apakah isi buku sesuai atau tidak dengan harapan kita. Apabila buku dirasa tidak sesuai dan sulit, kita bisa mengganti membaca buku yang lainnya. Selain itu, merenungkan hasil bacaan di akhir membaca buku bisa memantapkan pemahaman kita dan mendorong kita untuk semangat membaca buku selanjutnya.
Sekarang ini, banyak orang sekarang yang sudah mengurangi aktivitas membaca buku karena lebih tertarik membaca konten media sosial yang instan. Kendati demikian, informasi di jagat maya tidak selalu tersaji secara menyeluruh dan utuh. Bahkan, kadang kala informasi tersebut rentan terhadap hoax. Untuk itu, tetap penting bagi kita menyeimbangkan gaya hidup kita yang serba digital dengan tetap membaca buku. Seperti yang dikatakan Shierlen, “Membuka media sosial dan membaca buku harus menjadi bagian dari gaya hidup kita.”
Tips membaca lainnya yang dibagikan Shierlen lewat pengalaman membaca buku bersama teman-temannya adalah berkomitmen untuk membaca sekian halaman setiap harinya. Terakhir, dia membagikan tips bagi teman-teman yang mungkin masih kesulitan bahkan setelah menerapkan tips-tips yang telah disampaikan, yaitu mendengarkan audiobook.
Di penghujung acara, Shierlen mengajak para followers Wilwatikta Foundation untuk berpartisipasi dalam donasi buku di “Gerakan Seribu Buku” untuk memulihkan Perpustakaan STAI Al-Jami Kalimantan Selatan yang pernah terbakar. Shierlen juga masih berencana menggarap lebih banyak program donasi buku lainnya yang akan diumumkan di akun Instagram @counselemon.
Akhir kata, semoga kisah singkat inspiratif ini bisa menambah semangatmu untuk mulai membaca buku! Kamu masih bisa menonton mini-talk ini dan mendengarkan penjelasan Shierlen lebih lengkap lagi di akun Instagram @wilwatiktafoundation ya~
Leave a Reply