Laporan Tahun YWSN 2023

Laporan Tahun YWSN 2023

Turut bermudita dan terima kasih atas kerja keras, dedikasi, dan komitmen yang telah kita berikan sepanjang tahun ini. Dengan usaha kolektif yang kita curahkan bersama, memungkinkan YWSN & KCI untuk terus memberikan manfaat yang luas bagi banyak makhluk.

Kami menyampaikan terima kasih yang tulus kepada para Guru Spiritual atas bimbingan dan berkah yang terus mengalir. Kami juga mengapresiasi setiap anggota KCI, Tim Manajemen, donatur, dan semua pihak yang telah memberikan dukungan luar biasa, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Mari bermudita dan satukan cita kita untuk perjalanan yang lebih gemilang di tahun-tahun mendatang. Bersama, kita akan terus melangkah maju dengan penuh semangat dan kebijaksanaan.

Laporan Tahun YWSN 2022

Turut bermudita atas semangat, tekad, upaya, dan keyakinan yang telah kita curahkan segenap hati sehingga aktivitas luas yayasan dalam memberi manfaat bagi banyak makhluk bisa berlanjut hingga hari ini.  Terima kasih sebesar-besarnya kepada para guru spiritual yang senantiasa memberikan hujan berkahnya tanpa henti. Terima kasih juga kepada seluruh anggota KCI, Tim Manajemen, para donatur, dan semua pihak yang telah mendukung segala aktivitas YWSN & KCI baik secara langsung ataupun tidak langsung. Mari bermudita dan terus satukan cita untuk mengarungi perjalanan ini dengan baik di tahun-tahun yang akan datang! 

Turut bermudita atas semangat, tekad, upaya, dan keyakinan yang telah kita curahkan segenap hati sehingga aktivitas luas yayasan dalam memberi manfaat bagi banyak makhluk bisa berlanjut hingga hari ini.

Terima kasih sebesar-besarnya kepada para guru spiritual yang senantiasa memberikan hujan berkahnya tanpa henti. Terima kasih juga kepada seluruh anggota KCI, Tim Manajemen, para donatur, dan semua pihak yang telah mendukung segala aktivitas YWSN & KCI baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Mari bermudita dan terus satukan cita untuk mengarungi perjalanan ini dengan baik di tahun-tahun yang akan datang!

Sadulur Salembur

Salah satu quote yang dibawakan oleh Kang Andi Bharata dalam kegiatan “Sadulur Salembur” ini telah mengingatkan kembali posisi adik-adik Nalanda Studi Center (NSC) dalam masyarakat. Sebagai generasi muda, kita boleh memiliki segudang prestasi, berbagai gelar dan jabatan yang tinggi namun perlu diingat kembali, kita adalah bagian dari masyarakat itu sendiri.

Hidup kita takkan pernah terpisah dari berbagai isu-isu sosial dalam masyarakat. Kemacetan, sampah, pkl dan terbentuknya kampung kota akibat kesenjangan ekonomi, dengan mudah Kita temukan di sekitar kita. Semuanya telah menjadi bagian dari keseharian ini.

Kita tak bisa hanya menunggu suatu kebijakan dari para petinggi untuk menyelesaikannya. Sambil menunggu satu, akan munculnya isu permasalahan-permasalahan lain. Pada akhirnya, semuanya takkan pernah terselesaikan. Lantas, apa yang harus kita lakukan?

Jawabannya adalah bangunkan rasa kepekaan lingkungan dalam diri ini. Ciptakan berbagai inovasi cermat dari wawasan yang telah kita raih. Apapun bentuknya, marilah kita coba, just one simple action, it makes a change.

I HAVE A VOICE, WON’T YOU LISTEN TO ME?

Every person in this town bends over backward to make Bianca feel at home. Why do you think she has so many places to go and so much to do? Huh? Huh? Because of you! Because – all these people – love you! We push her wheelchair. We drive her to work. We drive her home. We wash her. We dress her. We get her up, and put her to bed. We carry her. And she is not petite, Lars. Bianca is a big, big girl! None of this is easy – for any of us – but we do it… Oh! We do it for you! So don’t you dare tell me how we don’t care.

Satu potongan adegan pembicaraan dalam scene film ini yang saya sukai. Film ini bercerita tentang seorang lelaki Lars (Ryan Gosling), yang hidup bersama kakak (Gus/Paul Schneider) dan iparnya (Karin/Emily Mortimer). Lars memiliki sifat introvert dari kecil dan ia tidak menyukai kontak langsung dengan orang-orang namun ia selalu memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan. Suatu ketika Lars membeli Bianca dari toko online, sebuah boneka wanita yang menjadi simbol dalam kehidupannya. Adegan pembicaraan diatas adalah ketika Lars marah karena Bianca yang merupakan pacarnya tidak memiliki waktu untuknya, dan terus pergi bersama orang lain. Peran yang dimainkan Ryan Gosling membingungkan perasaan penonton karena disatu sisi ada rasa jijik ketika melihat seorang lelaki menganggap boneka adalah pacarnya dan ada perasaan bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi sampai membuat Lars bisa seperti itu.

Jika kita telaah kembali, kita pun sering berbicara/berinteraksi dengan benda mati, kebanyakan adalah dengan barang-barang yang kita cintai. Sosok pribadi Bianca adalah ilusi yang dibangun Lars sebagai perwujudan dirinya sendiri. Alur cerita film ini sangat bagus, di mana kajian terkait kemanusiaan sangat kental. Juga mengingatkan penonton dengan kehidupan kita sendiri, di mana hidup di zaman semakin modern menghilangkan sikap kemanusiaan dari nilai-nilai kebudayaan. Manusia hidup hanya untuk kegilaan modernitas seperti yang disalurkan Lars kepada Bianca. Lars merupakan korban dari kehilangan sikap kemanusiaan dalam keluarganya.

I HAVE A VOICE, WON’T YOU LISTEN TO ME?

Ketika melihat para tokoh legendaris yang memiliki karir gemilang, kita akan begitu takjub dan mendambakannya terjadi dalam hidup kita. Namun, siapa sangka, mereka juga punya titik terlemah dalam hidup mereka?

Salah satunya tercermin dalam kisah Bertie, raja Inggris dalam “The King Speech” yang diputar di Kelas Humaniora. Sosok Bertie memperlihatkan seorang calon raja yang sedang berusaha menyembuhkan kegagapan untuk mengumandangkan pidato deklarasi perang di depan seluruh rakyatnya.

Proses penyembuhannya tidaklah mudah. Berbagai kegagalan terapi mulai memunculkan keputusaan dalam diri Bertie. Namun, sang istri, Elizabeth, merupakan wanita yang suportif dan dengan teguh berusaha mengobati sang suami hingga ia mempertemukan Bertie dan Lionel, terapis bicara.

Lionel perlahan-lahan melatih Bertie untuk berbicara dengan berbagai tekniknya yang unik. Di sini terungkaplah bahwa kegagapan Bertie bukanlah penyakit atau cacat bawaan melainkan gangguan psikis karena tekanan mental dari pola didik ayahnya yang keras. Hasilnya Bertie tumbuh menjadi karakter yang penakut dan rasa takut itu terwujud menjadi kegagapannya.

Setelah menyadari hal itu, Bertie mulai membangkitkan tekad dalam diri dan salah satu dialog ini menunjukkan kepercayaan dirinya telah muncul dan ia siap untuk melawan ketakutannya. Di akhir cerita, Bertie berhasil berpidato di depan para rakyatnya dan menjadi sosok Raja George VI yang dikenal oleh dunia sebagai penerus tahta kerajaan Inggris di abad perang dunia ke-2.Akhir kata, tunjukkan keberanianmu, gerakkan tekadmu, lawan ketakutan itu dan bersiaplah menjadi tokoh legendaris yang kamu cita-citakan.

3 Idiots

All izz well, All izz well ❤️???

Mengejar kesuksesan hidup adalah dambaan semua manusia di bumi ini. Namun, realitas terkadang sering berbelok dengan harapan kita. “3 Idiots”, film Bollywood yang sempat merajai box office dunia ini dipilih kembali untuk menghadirkan sosok Rancho, Farhan, dan Raju di tengah kita. Ketiga lelaki yang melakoni grup para “idiot” yang ingin mengejar sukses dalam hidup mereka.

Farhan yang bercita-cita menjadi seorang fotografer, di kala itu sering mendapat tentangan dari sang ayah yang hanya memandang insinyur sebagai jalan menuju sukses. Raju, sejak kecil mempercayai jimat-jimatan sebagai pembawa keberuntungan dalam hidupnya. Hingga tekanan dosen, membuatnya putus asa dan hampir kehilangan nyawa. Terakhir, Rancho, dikarenakan faktor ekonomi keluarganya, ia harus membawa identitas orang lain demi menimba ilmu di bangku kuliah.

Sepenggal kisah hidup ketiga tokoh tersebut akan menampilkan potret krisis kepercayaan diri pada para generasi muda. Krisis ini dapat dipicu oleh faktor keluarga, lingkungan ataupun ekonomi. Di saat kepercayaan diri itu mulai hilang, maka dampak terburuk yang akan kita bisa lihat adalah depresi yang mengarah pada bunuh diri.

Lantas apa yang hendak kita lakukan sebagai bagian dari mereka, kaum generasi muda? Hal yang paling penting adalah bangun keberanian dalam hati. “Hati kita mudah sekali takut, namun seberapa besar masalah yang sedang engkau hadapi, letakkan tanganmu di dada dan beritahu hatimu ‘semua akan baik-baik saja’.” Ini memang tidak akan menyelesaikan masalah begitu saja, tetapi dia akan mengembalikan bibit kepercayaan diri itu kepadamu.

Shoplifters

Lewat pemaknaan dari “Yuri”, salah satu tokohnya yang merupakan simbolisasi dari cinta dan ketulusan. Film ini “Shoplifters” akan menghadirkan kisah sebuah keluarga yang selalu diliputi kehangatan dan kasih sayang tanpa diikat dengan status sedarah-sekandung.

Semuanya bermula dari perjumpaan
Yuri, gadis cilik yang mengalami kekerasan fisik oleh orang tuanya dengan Osamu, seorang penguntil toko. Dengan bermodal belas kasihan, Osamu membawanya bertemu para anggota keluarga dari latar belakang yang sosial yang kompleks dan ekonomi yang sulit.

Dari kesehariannya Yuri bersama keluarga Osamu, fenomena penelantaran anak adalah isu keluarga yang paling disorot secara gamblang. Lewat salah satu dialog Nobuyo, Istri Osamu, “Apakah secara otomotis anda akan menjadi seorang ibu setelah melahirkannya?”.Pertanyaan yang singkat namun mampu menggugah hati kita tentang biasnya status seorang “ibu” di mata masyarakat. Ibu bukan sebuah status semata, melainkan momen ketika kita siap memberikan cinta dan sayang sepenuhnya kepada sang anak apapun kondisi yang melekat padanya

Osamu dan Nobuyo mungkin bukanlah cerminan orang tua terbaik. Namun, sikap mereka dalam merawat dan mendidik Yuri tanpa melibatkan kekerasan hingga ia menjadi pribadi yang berani berpendapat dan penuh keceriaan menunjukkan peran yang perlu diambil oleh orang tua masa kini. Kepekaan dan ketulusan seorang ibu juga ditunjukkan oleh nenek terhadap Aki, salah seorang anggota keluarga dan Shouta yang dibesarkan pasangan suami Istri tersebut setelah ia ditelantarkan oleh keluarganya.

Semua nilai yang dapat ditarik dari film ini adalah sebuah keluarga tidak hanya tercipta dari sebuah ikatan darah namun, sebuah rasa ketulusan dan kehangatan dari para anggota keluarga lainnya. Seperti halnya dalam sebuah pertemanan, organisasi atau pekerjaan, kamu bisa menemukan keluargamu di dalamnya.

Lord of the Flies

Apa yang akan kamu lakukan ketika terdampar di pulau tak berpenghuni? Apakah akan tetap menegakan hukum dan moral atau malah bertindak sesuai kehendak hati? Akankah tetap menggunakan nalar-logika manusia atau mengandalkan insting hewan? Di film Lord of the Flies, kita diajak untuk memilih di antara dikotomi; dua pilihan yang tidak mungkin disatukan.

Dilema ini dihadapi Ralph, ketua kelompok yang ditunjuk oleh teman-temannya namun akhirnya malah ia yang ditinggal oleh teman-temannya. Awalnya semua berjalan sesuai perintahnya yaitu saling kerja sama menjaga nyala api, sebagai tanda pertolongan pada dunia luar (kapal atau pesawat yang lewat). Namun selang beberapa hari, Jack, pencetus ide “berburu” sekaligus pemprovokasi anggota kelompok lainnya agar lebih memilih mencari kebutuhan dasar makluk hidup, yaitu makan. Kelompok pun terbagi menjadi dua: kelompok yang berpikir jauh ke depan, memiliki harapan dan mempercayai api yang mereka jaga akan berhasil ditemukan orang luar dan kelompok yang berpikir instan, putus asa dan menerima cara penghidupan di pulau tersebut dengan berburu.

Di pertengahan cerita, keluarlah tabiat masyarakat barbar dari kelompok Jack, seperti mengambil barang-barang milik anggota kelompok Ralph, tanpa memperhatikan hak kepemilikan. Konflik klimaks yang paling mengejutkan adalah ketika anggota kelompok Jack yang tega membunuh anggota kelompok Ralph padahal mereka baru menginjak remaja. Bukan hanya sekali, dua kali, namun hendak ketiga kalinya. Pikiran apa yang terbesit dalam pikiran anak-anak tersebut pada saat itu? Apakah karena ketiadaan aturan dan hukum? Atau ketiadaan moral dan logika?

Film tersebut sekilas terlihat jauh di belakang, tidak kekinian, dan ketinggalan zaman. Namun masih relevan dan dapat dikaitkan dengan fenomena masa kini, ketika kamu di posisi mereka, manakah yang akan kamu pilih? Akankah kamu tetap menegakkan keadilan, kebenaran, moral ketika tiadanya hukum, aturan, dan pengawas? atau berjalan dengan aturanmu sendiri?

HARI NARKOTIKA INTERNASIONAL

Bertepatan dengan Hari Narkotika Internasional hari ini, Wilwatikta akan membagikan wawancara singkat bersama Stevanny, salah satu peserta Nalanda Study Center yang kini menempuh perkuliahan di Ilmu Komunikasi Universitas Pendidikan Indonesia.

T: Bagaimana kamu memaknai hari narkotika ini?
J: Hari narkotika ini lebih saya maknai sebagai reminder bahwa kita harus bisa menjaga diri dari barang-barang narkotika yang cenderung berbahaya dan bisa menjerumuskan kita.
T: Bagaimana kamu melihat pemakaian narkoba yang kian merebak di kalangan anak muda?
J: Sejujurnya saya merasa sedih karena masih banyak anak muda yang menyia-nyiakan masa mudanya dengan mengkonsumsi narkotika yang mempunyai efek buruk pada kesehatan. Bukan hanya kesehatan fisik, namun juga mental. Padahal seharusnya masa muda mereka bisa dimanfaatkan untuk menggapai hal-hal positif lainnya. Semoga kedepannya kesadaran kaum muda seperti saya terhadap hal ini semakin meningkat.

T: Bagaimana menumbuhkan kesadaran generasi muda terhadap ancaman narkoba?
J: Salah satunya adalah dengan sosialisasi, dimulai dari lingkup terkecil yaitu orang tua. Selain itu juga harus pintar-pintar memilih pergaulan. Ada pepatah yang mengatakan, kamu boleh berteman dengan siapa saja, tapi kamu harus memilih teman dekatmu. Menurutku hal ini sangat benar karena anak muda lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah bersama temannya, apalagi anak muda yang merantau. Jadi selain orang tua, teman dan lingkungan juga sangat berpengaruh.

T: Apa harapan kamu bagi generasi muda Indonesia di hari narkotika ini?
J: Harapan saya adalah semoga semua anak muda di Indonesia lebih aware dengan bahaya narkoba. Jaga pergaulan dan jaga juga orang-orang terdekat anda agar tidak sekali pun mencoba narkoba, karena resikonya sangat berbahaya. Selamat hari narkotika semua!

Kebahagiaan di balik ia yang kotor

Kebahagiaan di balik ia yang kotor

Hidup itu tidak selalu lurus seperti apa yang kita selalu harapkan. Inilah yang dialami Daigo, pria yang baru saja meraih mimpinya menjadi pemain cello. Namun, pupus begitu saja saat orkestra tempat ia bernaung ditutup.

Film Departure ini akan menceritakan titik balik kehidupan Daigo. Saat ia memutuskan untuk menjual cello dan mencari pekerjaan. Hingga suatu hari, sebuah lowongan kerja bertulis “Departure” menghantarkannya pada sebuah agen pengurus mayat.

“Itu salah. Departured/mendiang adalah kata yang seharusnya” ungkap sang bos. Mendengar ini, tentu saja sudah bisa kita bayangkan bagaimana ekspresi Daigo di kala itu. Yah, kematian telah menjadi hal yang sangat tabu bagi hampir semua masyarakat. Ia kotor dan dapat membawa kesialan. Kehidupan baru Daigo sebagai encoffiner dimulai pada seperempat film.

Kisah perjalanan Daigo akan membantu kita menelusuri esensi dari sebuah kematian dari sudut pandang berbeda. Ia yang begitu menakutkan, ia yang begitu kotor akan membawamu melihat kehidupan ini dengan cara yang lebih indah. .
Salah satu tersurat dalam dialognya Daigo menjelaskan kepada Mika, sang istri, bahwa kelahiran sendiri terikat dengan kematian. Kematian bukanlah akhir. Ia adalah pintu gerbang yang akan membawa kita menuju hal selanjutnya.

Kisah-kisah emosional akan terpampang jelas dalam film ini. Bagaimana kematian memberikan sentuhan terakhirnya sebagai sebuah bentuk kebahagiaan dan bahwa ia tidaklah kotor sebagaimana yang selalu dibayangkan. Ia akan hadir untuk kita kembali menata hidup seperti kisah Daigo ini.

Pada penghujung pemutaran film, Daigo menjadi lebih terbuka kepada sang Istri, ia tak lagi mempersepsikan suatu konflik dari sisinya sendiri, dan satu hal lagi adalah ia kembali membawa warna baru bagi Sang Istri, dan orang-orang di sekitarnya.

Kita dan tak seorang pun mau memikirkan tentang kematian, sebab ia dianggap kotor dan membawa kesialan. Namun, lewat film ini, kita diminta untuk belajar menghadapi kematian, merubah persepsi yang ada dalam diri tentang stigma tersebut. Dan hasilnya, kita akan melihat hidup ini dengan cara yang berbeda, dan senantiasa diliputi oleh rasa syukur.

Posesif

Ketika manis berubah menjadi racun

Kisah Lala dan Yudhis adalah film layar lebar yang diangkat sebagai topik selanjutnya dalam kelas humaniora kali ini. Film ini berhasil menampilkan realitas kelam di balik romansa para remaja yang sering dipersepsikan dalam sisi “sweet” oleh khalayak umum. Lala, siswi SMA yang berprofesi sebagai atlet loncat indah yang tengah menjalin kasih bersama si anak baru, Yudhis. Pertemuan keduanya dimulai dengan manis, bahkan kehadiran Yudhis berhasil menjadi pengisi kemonotonan dalam rutinitas Lala. Makan bareng, hang out, dan sekolah bareng, semua dialami Lala layaknya pasangan di mabuk cinta atau bisa dibilang dalam “honeymoon phase”. “Dunia ini milik berdua” terganti sekejap mata saat Lala mulai dihadapkan pada keposesifan Yudhis. Kebebasan yang tak bisa ia peroleh dari Sang Ayah, mulai ia rasakan kembali. Kekerasan fisik sering dialami Lala tatkala kecemburuan Yudhis meningkat. Hal ini berlangsung waktu demi waktu, namun ia tetap bertahan dalam hubungan dengan berkeyakinan bahwa Yudhis akan berubah suatu saat nanti.

Fenomena ini adalah ketika manis berubah menjadi racun. ketika kata sayang pada akhirnya membelenggu batin dan memancing emosi negatif dari dalam diri. Tanpa disadari, banyak orang yang mengalaminya.Terjebak dalam “toxic relationship”, tanpa punya nyali untuk mengendalikannya. Hubungan ini tidak hanya berlaku dalam hal asmara, dalam keluarga dan pertemanan, ini bisa terjadi. Yudhis adalah korban dari sifat over-protektif dari sang ibu dan Lala menjadi korban dari kesalahan penanaman persepsi dari para teman-temannya.

Untuk itu sahabat, lihat kembali dalam dirimu, apakah kamu sudah merasa aman dan bebas dalam suatu hubungan? Bila tidak, mulailah mengakuinya dan segera ambil tindakan untuk mengakhirinya. Jangka waktu, status, rasa sayang bukan alasan untuk terkekang dalam berhubungan. Sedangkan, bagi sahabat yang berencana memulai hubungan, coba kenali calon pasanganmu. Sebuah hubungan tidak hanya berlandas pada cinta tetapi juga harus memberi rasa aman pada hatimu dan ia sekarang ataupun kemudian hari.