Lord of the Flies
Apa yang akan kamu lakukan ketika terdampar di pulau tak berpenghuni? Apakah akan tetap menegakan hukum dan moral atau malah bertindak sesuai kehendak hati? Akankah tetap menggunakan nalar-logika manusia atau mengandalkan insting hewan? Di film Lord of the Flies, kita diajak untuk memilih di antara dikotomi; dua pilihan yang tidak mungkin disatukan.
Dilema ini dihadapi Ralph, ketua kelompok yang ditunjuk oleh teman-temannya namun akhirnya malah ia yang ditinggal oleh teman-temannya. Awalnya semua berjalan sesuai perintahnya yaitu saling kerja sama menjaga nyala api, sebagai tanda pertolongan pada dunia luar (kapal atau pesawat yang lewat). Namun selang beberapa hari, Jack, pencetus ide “berburu” sekaligus pemprovokasi anggota kelompok lainnya agar lebih memilih mencari kebutuhan dasar makluk hidup, yaitu makan. Kelompok pun terbagi menjadi dua: kelompok yang berpikir jauh ke depan, memiliki harapan dan mempercayai api yang mereka jaga akan berhasil ditemukan orang luar dan kelompok yang berpikir instan, putus asa dan menerima cara penghidupan di pulau tersebut dengan berburu.
Di pertengahan cerita, keluarlah tabiat masyarakat barbar dari kelompok Jack, seperti mengambil barang-barang milik anggota kelompok Ralph, tanpa memperhatikan hak kepemilikan. Konflik klimaks yang paling mengejutkan adalah ketika anggota kelompok Jack yang tega membunuh anggota kelompok Ralph padahal mereka baru menginjak remaja. Bukan hanya sekali, dua kali, namun hendak ketiga kalinya. Pikiran apa yang terbesit dalam pikiran anak-anak tersebut pada saat itu? Apakah karena ketiadaan aturan dan hukum? Atau ketiadaan moral dan logika?
Film tersebut sekilas terlihat jauh di belakang, tidak kekinian, dan ketinggalan zaman. Namun masih relevan dan dapat dikaitkan dengan fenomena masa kini, ketika kamu di posisi mereka, manakah yang akan kamu pilih? Akankah kamu tetap menegakkan keadilan, kebenaran, moral ketika tiadanya hukum, aturan, dan pengawas? atau berjalan dengan aturanmu sendiri?
Leave a Reply